Wednesday, July 28, 2021

Makalah Hadist Tarbawi tentang "ISLAM MENGHARGAI KERJA"

 


BAB I

PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang

Di era dan globalisasi sekarang ini persaingan sangat ketat, sehingga persoalan kemampuan dan keahlian atau profesionalitas menjadi suatu tuntutan dan keharusan yang harus dikedepankan dan bukan lagi saatnya dan tidak lagi relevan mengedepankan persoalan latar belakang kedaerahan, misalnya putera daerah dan non putera daerah, latar belakang etnis, keturunan, golongan, dan lain-lain.

Islam mengandung ajaran semua dimensi kehidupan. Ia memberi pedoman kepada umat manusia tentang apa yang pantas dan layak mereka lakukan dalam kehidupan ini. Islam telah menetapkan ajarannya untuk kehidupan manusia mulai dari ia bangun tidur di subuh dan pagi hari hingga ia tidur kembali di malam hari.

Banyaknya masalah keduniaan yang bisa merugikan orang lain akibat tidak adanya profesionalitas yang dimiliki oleh setiap individu. Misalnya di indonesia yang sudah dilanda multikrisis yang sampai detik ini belum juga berakhir dan yang paling banyak merasakan deritanya dalah rakyat kecil. Salah satu faktor penyebabnya adalah karena tidak ada profesionalitas dari kalangan atas. Dalam konteks ajaranIslam sangat menghargai keahlian dan profesionalitas yang dimiliki oleh setiap manusia dalam mengembangkan serta menerapkan keahliannya. Oleh karena itu dalam makalah ini akan dibahas tentang islam menghargai kerja yang profesional.

 

 

B.     Tujuan Penulisan

1.      Untuk mengetahui hadis tarbawi tentang Islam Menghargai Kerja yang Profesional,

2.      Untuk mengetahui sumber riwayat hadis tarbawi tentang Islam Menghargai Kerja yang Profesional,

3.      Untuk mengetahui Takhrijul Hadis tarbawi tentang Islam Menghargai Kerja yang Profesional,

4.      Untuk mengetahui Asbab Al-Wurud hadis tarbawi tentang Islam Menghargai Kerja yang Profesional,

5.      Untuk mengetahui fiqhul hadis tarbawi tentang Islam Menghargai Kerja yang Profesional.

6.      Untuk melengkapi tugas mata kuliah “ Hadist Tarbawi”.

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

ISLAM MENGHARGAI KERJA YANG PROFESIONAL

 

 

Diriwayatkan dari Aisyah RA., ia berkata, bahwa Nabi saw. Bersabda: “kalian lebih tahu tentang urusan dunia kalian.” (HR. Muslim)

A.     Sumber Riwayat

Hadist tersebut bersumber dari tiga orang sahabat, yaitu Aisyah, Anas ibn Malik, dan Tsabit ibn Aslam. Aisyah binti Abu Bakar Ash-Shiddiqah salah seorang istri Nabi saw. dan Umm al-Mu’minin. Nama Aisyah berasal dari kat ‘Aisy artinya hidup. Nabi saw.biasanya memanggilnya dengan nama ‘Uwaisy. Selain itu, biasanya juga dipanggil Humaira (artinya kemerah-merahan). Panggilan dengan menggunakan bentuk Taghsir seperti itu sebagai bentuk ungkapan rasa kasih sayang dan cinta serta ungkapan lebih akrab.

Aisyah lahir dua tahun setelah Muhammad dilantik menjadi Rasul atau sekitar tahun 8 sebelum hijrah. Aisyah dinikahi oleh Rasulullah Saw.ketika masih usia 6 tahun atau dua tahun sebelum hijrah ke Madinah, dan tiga tahun setelah wafatnya Khadijah istri pertama Nabi Saw. dan berkumpul bersama dengan Nabi Saw di Madinah dalam satu rumah hingga usia 9 tahun, yaitu pada bulan syawal tahun 2 H setelah pulang dari perang Badar. Ada juga yang mengatakan tahun 1 H. Aisyah tinggal serumah dengan Nabi saw.selama 8 tahun 5 bulan dan menjadi janda nabi saw.ketika sedang berusia 18 tahun. Nabi saw.wafat pada hari senin 12 Rabiul Awal 11 H/ 8 Juni 632 M ketika sedang dalam dekapan Aisyah, pada saat itu memang adalah tepat hari giliran jatah Aisyah.

Aisyah adalah tokoh sahabat perempuan terkemuka, dengan kecerdasannya ia sebagai ahli fatwa, tafsir, fiqih, terutama ilmu faraid atau kewarisan, ilmu sastra, dan lain-lain. Menurut Az-Zuhri (124 H/742 M), kalau dibandingkan ilmu yang dimiliki Aisyah dengan ilmu yang dimiliki semua wanita dan atau isteri-isteri Rasul yang lain dan ilmu para sahabat, maka ilmu Aisyah masih tetap unggul. Ada hadis yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim yang bersumber dari Anas, Nabi Saw.bersabda : “Keutamaan Aisyah atas seluruh perempuan, seperti keutamaan tsarid (jenis makan arab yang terdiri dari daging dan roti) atas seluruh menu makanan.”

Aisyah termasuk urutan keempat di antara para sahabat yang terbanyak meriwayatkan hadis. Ia meriwayatkan 2.210 hadis. 174 hadis yang disepakati Bukhari dan Muslim. 54 hadis yang diriwayatkan sendiri oleh Bukhari saja dan 68 hadis oleh Muslim sendiri.Aisyah wafat di Madinah pada masa kekhalifahan Muawiyah pada malam selasa, 17 Ramadhan tahun 57 H dalam usia 66 tahun.                

B.     Takhrijul Hadis

Hadis ini diriwayatkan imam Muslim dalam Shahihnya pada hadis no. 2363. Dan kualitas hadis tersebut adalah sahih. Dalam riwayat lain yang semakna dengan hadis tersebut diriwayatkan Ahmad dalam Musnadnya pada hadis no. 24399.

 

“jika sesuatu itu menyangkut urusan dunia kalian, maka kalian lebih tahu. Adapun jika urusan agama kalian, maka itu adalah urusanku.”

Ibnu Majah dalam sunannya pada hadis no 2471 juga nmeriwayatkan dengan susunan redaksi.

 

            “Jika sesuatu itu menyangkut urusan dunia kalian, maka itu adalah urusan kalian sendiri. Dan jika sesuatu itu adalah urusan agama, maka itu adalah urusanku.”

C.     Asbab Al-Wurud

Adapun latar belakang yang menyebabkan lahirnya hadis tersebut di atas adalah sebagaimana diriwayatkan Muslim dari Anas ibn Malik, bahwa Nabi saw. pernah lewat dihadapan para petani yang tengah mengawinkan serbuk (kurma pejantan) ke putik (kurma betina). Nabi saw. berkomentar : “Sekiranya kalian tidak melakukan hal ini, niscaya kurmamu akan bagus dan baik.” Mendengar komentar ini para petani berhenti dan tidak lagi mengawinkan kurmanya. Beberapa lama kemudian, Nabi Saw.lewat lagi di tempat itu dan menegur para petani: “Mengapa pohon kurmamu itu?” para petani menyampaikan apa yang telah dialami oleh kurma mereka, yakni banyak yang tidak jadi. Mendengar keterangan mereka itu, maka Nabi Saw.bersabda: “Kalian lebih tahu tentang urusan dunia kalian.”

D.     Fiqhul Hadis

Hadis tersebut di atas, kalau dilihat secara tekstual saja tanpa melihat pada konteks apa dan latar belakang historis apa yang menyebabkan lahirnya hadis tersebut disabdakan, maka dipahami secara ekstrim dan berlebihan bahwa Nabi Saw. tidak tahu dan tidak mengerti sama sekali serta tidak mau peduli terhadap urusan keduniaan. Pemahaman seperti itu tentu saja keliru, sebab Nabi Saw.bukan Malaikat dan beliau diangkat oleh Allah menjadi Nabi dan Rasul, namun sifat kemanusiaannya tidak terhapus.

Di samping itu, ada juga yang memahami hadis tersebut di atas secara sekilas dari tekstualnya saja, bahwa dalam hadis tersebut Nabi saw.menganjurkan adanya sekularisme , karena pada satu sisi Nabi saw.menyerahkan urusan dunia sepenuhnya kepada orang lain sehingga terkesan ada pemisahan antara urusan dunia dan urusan agama. Pemahaman seperti itu juga dinilai keliru. Para ulama dati kalangan manapun telah konsensus menyepakati bahwa sekularisme adalah suatu aliran pemikiran dan paham yang bertentangan dengan ajaran islam,sebab dalam aliran sekularisme mengajarkan doktrin yang memposisikan urusan dunia terlepas dan tercabut dari ajaran agama, sehingga dengan demikian ada pemisahan antara urusan dunia dan agama. Dalam konsep ajaran Islam tidak mengenal tembok pemisah antara ajaran yang berdimensi dunia dan agama. Islam adalah agama untuk kehidupan dunia dan keselamatan Akhirat.

Tujuan keberadaan Nabi adalah untuk menjelaskan tentang keyakina tauhid, syariat, dan akhlak dan bukan untuk menjelaskan masalah ilmiah, sains dan teknologi. Pengertian “Dunia” yang beliau serahkan kepada kita dalam hadis tersebut di atas adalah masalah ilmiah terapan yang didapatkan melalui hasil eksperimen dan pengalaman hidup dan tidak ada hubungannya dengan masalah keyakinan ketuhanan.

Oleh karena itu, upaya memahami pesan dan muatan hadis tersebut diatas adalah dengan memahami berdasarkan pada konteks latar belakang historis sosial budaya ketika disabdakannya hadis tersebut. Hadis tersebut disabdakan Nabi Saw. ketika melewati para petani kurma yang tengah menyerbuk kurmanya sebagaimana disebutkan pada latar belakang lahirnya hadis tersebut di atas hingga Nabi Saw. bersabda kepada para petani: “Bahwa kalian lebih tahu tentang urusan dunia kalian”. Ini artinya, bahwa Nabi Saw. bersabda demikian sebagai respon dan bentuk perhatian dan penghargaannya terhadap keahlian pada bidang pertanian kurma itu.

Jadi urusan dunia dalam hadis tersebut di atas dimaknai sebagai sebuah pengetahuan ilmiah terapan keahlian atau profesional pada suatu bidang tertentu. Nabi Saw. menyerahkan urusan dunia kepada kita sebagai sebagai sebuah penghargaan terhadap keahlian atau profisionalitas tertentu. Dengan demikian, hadis tersebut diatas secara kontekstual dapat dipahami sebagai sebuah ajaran yang mengedepankan persoalan profesionalitas.

Dalam profesionalitas ini, ada tiga hal yang terkandung di dalamnya yang antara satu dengan yang lainnya saling terkait yaitu:

1.      Mempunyai kealian dan penguasaan pada suatu bidang tertentu dengan dilandasi oleh kapasitas kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

2.      Mempunyai etika dan moral (akhlak).

3.      Memberikan pelayanan dan Maslahat kepada orang lain, masyarakat dan lingkungan.

Dan ketiga-tiganya harus terpadu. Menguasai dan ahli pada suatu bidang tertentu,tapi tidak mempetimbangkan persoalan moral dan etika bahkan tidak bermoral, maka itu tak dapat disebut sebagai profesional. Di samping itu, yang namanya profesional harus apa yang dimilikinya itu dapat memberikan manfaat tidak saja pada dirinya sendiri, tapi juga orang lain, masyarakat dan lingkungannya baik pada skala kecil maupun skala lebih luas dan besar sepertiuntuk kepentingan berbangsa dan bernegara.

 

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

            Berdasarkan makalah di atas maka penulis menyimpulkan bahwa pada dasarnya tidak ada pemisah antara ajaran yang berdimensi dunai dan akhirat. Islam adalah suatu agama yang mengatur kehidupan baik kehidupan dunia maupun keselamatan di akhirat.

            Islam sangat menghrargai profesionalitas, terbukti bahwa Nabi menyerahkan urusan dunia kepada umatnya untuk menerapkan keahlian dan pengetahuan ilmiah yang kita miliki pada suatu bidang tertentu.

            Dengan demikian dalam ajaran islam sangat mengedepankan profesionalitas dalam bekerja untuk menghadapi dan merespon tantangan di era globalisasi ke depan yang penuh dengan persaingan ketat.

 

DAFTAR PUSTAKA

Sayadi, Wajidi. 2009. Hadis Tarbawi Pesan-Pesan Nabi Saw. Tentang Pendidikan. Jakarta: Pustaka Firdaus


Untuk File sahabat bisa download pada link dibawah ini :

DOWNLOAD

No comments:

Post a Comment